Oleh: Zulfan Aris
P
|
ernahkah anda membongkar tumpukan kayu yang
busuk, tumpukan sampah organik, atau mencangkul tanah dan tiba-tiba banyak
hewan kecil menyerupai kutu keluar dari sana?. Hewan tersebut berwarna keabuan,
memiliki antena yang cukup panjang dan pergerakannya lincah. Mungkin tidak
banyak dari anda yang memperhatikan dengan teliti hewan itu, hewan tersebut
adalah kutu kayu (woodlice). Meskipun
dinamakan kutu kayu, namun hewan ini bukan sejenis kutu meskipun sama-sama
berasal dari Filum Arthropoda. Kutu
kayu berasal dari Kelas Malacostraca
(Isopoda) termasuk di dalamnya
kepiting, udang dan lobster, sedangkan kutu berasal dari Kelas Arachnida termasuk di dalamnya
kalajengking dan lipan/kelabang.
Kutu
kayu termasuk Isopoda yang hidup di
darat dimana kerabatnya sebahagian besar hidup di laut dan air tawar. Kutu kayu
biasa ditemukan di bawah atau di dalam tumpukan kayu yang lapuk, di tanah, dan
khususnya di tumpukan kompos dimana mereka memakan bahan-bahan organik yang
membusuk. Kutu kayu memiliki lapisan epikutikular
(kutikula) menyerupai lilin, dari lapisan ini pula hewan tersebut melakukan
pertukaran gas untuk pernafasan melalui insang. Karena tubuhnya tertutupi
kutikula yang inpermeable (tidak
dapat dilalui air), maka hewan ini akan cepat kehilangan air di tubuhnya jika
kondisi kering. Untuk mengatasi hal tersebut, respon yang dilakukannya adalah
bersembunyi di tempat yang lembab di bawah tanah atau timbunan sampah. Untuk
itu, kelembaban merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kehidupan dari kutu
kayu tersebut dan secara langsung mempengaruhi distribusi mereka.
Beberapa
jenis kutu kayu yang umum kita jumpai diantaranya adalah Armadillidium, Philoscia,
Oniscus dan Porcellio. Masing masing memiliki beberapa perbedaan seperti ukuran
tubuh, habitat dan makanan. Secara morfologi jenis Armadillidium memiliki ukuran tubuh ± 1,8 cm, Philoscia memiliki ukuran tubuh ± 0,8 cm, Oniscus memiliki ukuran tubuh ± 1,3 cm, Porcellio memiliki ukuran tubuh ± 1,2 cm. Secara fisiologi, jenis Armadillidium lebih dapat mentoleransi
kondisi yang lebih kering dibandingkan Porcelio,
sedangkan jenis Philoscia tetap
membutuhkan kondisi lingkungan yang lembab. Ukuran transpirasi tiap jenis
berbeda dan boleh jadi berkorelasi dengan perbedaan dalam struktur kutikula yang
dapat menjadi lebih permeabel (dapat
dilalui air) dengan adanya kenaikan suhu sampai titik tertentu. Tidak satupun
dari isopoda terestrial dapat benar-benar terbebas dari kelembaban karena
mereka bernafas melalui insang yang membutuhkan adanya udara lembab.
Porcelio sp. tampak lateral
|
Secara
ekologi, berbagai jenis kutu kayu dapat dijumpai di hampir seluruh belahan
dunia yang memiliki kondisi lingkungan yang lembab seperti di hutan, taman, bahkan
di pinggir rumah. Mereka menyukai tempat yang tertutup dan aktif beraktivitas
pada malam hari. Kutu kayu memiliki beberapa predator diantaranya laba-laba,
lipan, semut, kodok, semut bahkan burung. Jika merasa terancam oleh predator, kutu
kayu dapat menggulungkan tubuhnya seperti bola sebagai mekanisme perlindungan
diri. Selain sebagai perlindungan diri, menggulungkan tubuh tersebut juga
dilakukan untuk jika kondisi lingkungan menjadi lebih kering.
Kutu
kayu bereproduksi secara seksual dengan menghasilkan telur, di mana telur-telur
tersebut disimpan di dalam kantung berisi cairan ketika telah terjadi
pembuahan. Ketika anakan sudah cukup dewasa, meraka akan dilepaskan oleh
induknya. Jumlah anakan yang dihasilkan tergantung kepada kondisi betina.
Biasanya betina hanya dapat bereproduksi maksimal 2 kali dalam hidupnya. Hal
tersebut dikarenakan kondisi mereka yang seringkali dibawah tekanan disebabkan
hidrasi yang terlalu berlebih. Dalam hubungannya dengan manusia, kutu kayu
dapat dianggap sebagai hama yang merugikan namun dapat juga dianggap sebagai
hewan yang menguntungkan. Hewan ini dapat merusak barang yang terbuat dari kayu
seperti tiang rumah dan kursi, terutama yang diletakkan di luar. Namun, hewan
ini juga berperan dalam menghancurkan bahan-bahan organik baik hewan maupun
tumbuhan yang mati, tapi kurang berperan dalam humifikasi (pembentukan humus).
Di Amerika beberapa orang menjadikan kutu kayu dari jenis Armadillidium sebagai hewan peliharaan.
Armadillidium sp. dijadikan hewan peliharaan
|