Selasa, 14 Oktober 2014

MENGENAL KUTU KAYU (WOODLICE)


Oleh: Zulfan Aris

Salah satu jenis kutu kayu, Armadillidium sp.
Foto oleh: Junaidy Michael Angelo

P
ernahkah anda membongkar tumpukan kayu yang busuk, tumpukan sampah organik, atau mencangkul tanah dan tiba-tiba banyak hewan kecil menyerupai kutu keluar dari sana?. Hewan tersebut berwarna keabuan, memiliki antena yang cukup panjang dan pergerakannya lincah. Mungkin tidak banyak dari anda yang memperhatikan dengan teliti hewan itu, hewan tersebut adalah kutu kayu (woodlice). Meskipun dinamakan kutu kayu, namun hewan ini bukan sejenis kutu meskipun sama-sama berasal dari Filum Arthropoda. Kutu kayu berasal dari Kelas Malacostraca (Isopoda) termasuk di dalamnya kepiting, udang dan lobster, sedangkan kutu berasal dari Kelas Arachnida termasuk di dalamnya kalajengking dan lipan/kelabang.
            Kutu kayu termasuk Isopoda yang hidup di darat dimana kerabatnya sebahagian besar hidup di laut dan air tawar. Kutu kayu biasa ditemukan di bawah atau di dalam tumpukan kayu yang lapuk, di tanah, dan khususnya di tumpukan kompos dimana mereka memakan bahan-bahan organik yang membusuk. Kutu kayu memiliki lapisan epikutikular (kutikula) menyerupai lilin, dari lapisan ini pula hewan tersebut melakukan pertukaran gas untuk pernafasan melalui insang. Karena tubuhnya tertutupi kutikula yang inpermeable (tidak dapat dilalui air), maka hewan ini akan cepat kehilangan air di tubuhnya jika kondisi kering. Untuk mengatasi hal tersebut, respon yang dilakukannya adalah bersembunyi di tempat yang lembab di bawah tanah atau timbunan sampah. Untuk itu, kelembaban merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kehidupan dari kutu kayu tersebut dan secara langsung mempengaruhi distribusi mereka.
            Beberapa jenis kutu kayu yang umum kita jumpai diantaranya adalah Armadillidium, Philoscia, Oniscus dan Porcellio. Masing masing memiliki beberapa perbedaan seperti ukuran tubuh, habitat dan makanan. Secara morfologi jenis Armadillidium memiliki ukuran tubuh ± 1,8 cm, Philoscia memiliki ukuran tubuh ± 0,8 cm, Oniscus memiliki ukuran tubuh ± 1,3 cm, Porcellio memiliki ukuran tubuh ± 1,2 cm. Secara fisiologi, jenis Armadillidium lebih dapat mentoleransi kondisi yang lebih kering dibandingkan Porcelio, sedangkan jenis Philoscia tetap membutuhkan kondisi lingkungan yang lembab. Ukuran transpirasi tiap jenis berbeda dan boleh jadi berkorelasi dengan perbedaan dalam struktur kutikula yang dapat menjadi lebih permeabel (dapat dilalui air) dengan adanya kenaikan suhu sampai titik tertentu. Tidak satupun dari isopoda terestrial dapat benar-benar terbebas dari kelembaban karena mereka bernafas melalui insang yang membutuhkan adanya udara lembab. 

Philoscia sp. tampak dorsal, ventral dan lateral
Foto oleh: Zulfan Aris

 

Porcelio sp. tampak lateral
Foto oleh: Zulfan Aris

            Secara ekologi, berbagai jenis kutu kayu dapat dijumpai di hampir seluruh belahan dunia yang memiliki kondisi lingkungan yang lembab seperti di hutan, taman, bahkan di pinggir rumah. Mereka menyukai tempat yang tertutup dan aktif beraktivitas pada malam hari. Kutu kayu memiliki beberapa predator diantaranya laba-laba, lipan, semut, kodok, semut bahkan burung. Jika merasa terancam oleh predator, kutu kayu dapat menggulungkan tubuhnya seperti bola sebagai mekanisme perlindungan diri. Selain sebagai perlindungan diri, menggulungkan tubuh tersebut juga dilakukan untuk jika kondisi lingkungan menjadi lebih kering.
            Kutu kayu bereproduksi secara seksual dengan menghasilkan telur, di mana telur-telur tersebut disimpan di dalam kantung berisi cairan ketika telah terjadi pembuahan. Ketika anakan sudah cukup dewasa, meraka akan dilepaskan oleh induknya. Jumlah anakan yang dihasilkan tergantung kepada kondisi betina. Biasanya betina hanya dapat bereproduksi maksimal 2 kali dalam hidupnya. Hal tersebut dikarenakan kondisi mereka yang seringkali dibawah tekanan disebabkan hidrasi yang terlalu berlebih. Dalam hubungannya dengan manusia, kutu kayu dapat dianggap sebagai hama yang merugikan namun dapat juga dianggap sebagai hewan yang menguntungkan. Hewan ini dapat merusak barang yang terbuat dari kayu seperti tiang rumah dan kursi, terutama yang diletakkan di luar. Namun, hewan ini juga berperan dalam menghancurkan bahan-bahan organik baik hewan maupun tumbuhan yang mati, tapi kurang berperan dalam humifikasi (pembentukan humus). Di Amerika beberapa orang menjadikan kutu kayu dari jenis Armadillidium sebagai hewan peliharaan.

Armadillidium sp. dijadikan hewan peliharaan
Sumber foto: turtletown.giblar.com



Pustaka Acuan:

- Andrews, W. A. 1930. A Guide to the Study of Soil Ecology. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.

Brown, A. L. 1980. Ecology of Soil Organisms. Heinemann Educational Ltd. London.

Campbell, N. A & Reece, J. B. 2010. Biologi. Edisi ke-8. Jilid 2. Diterjemahkan oleh: Wulandari, D. T. Erlangga. Jakarta.

4 komentar:

  1. bagaimana cara membasmi kutu kayu yang masuk kerumah supaya tidak datang lagi

    BalasHapus
  2. Bagaimana cara membasmi kutu kayu yg masuk dalam air sumur sehingga menyebabkan air berbau busuk dan masuk dalam rumah agar tidak pernah kembali lagi.

    BalasHapus
  3. Bagaimana caranya membasmi serangga inu
    . Kutu kayu ini sangat mengganggu

    BalasHapus