Sabtu, 04 Oktober 2014

Odontoponera transversa dan Odontoponera denticulata, kerabat dengan karakter ekologi berbeda



oleh: Zulfan Aris


S
emut merupakan salah satu fauna paling eksis di muka bumi ini. Hampir semua tempat dihuni oleh fauna ini, kecuali daerah kutub. Fauna yang digolongkan ke dalam famili Formicidae ini dikenal juga sebagai serangga sosial, disebut demikian karena dalam hidup dan kehidupan mereka saling mengelompok dan bekerja sama baik dalam mencari makan maupun bertempat tinggal dalam jumlah yang besar. Dari sekian banyak spesies semut yang ada di permukaan bumi ini, Odontoponera transversa dan Odontoponera denticulata adalah 2 diantaranya (kebanyakan orang menyebut mereka “semut hitam”1)). Genus Odontoponera sendiri hanya tersebar di kawasan Asia Tenggara, India serta Tiongkok. Kawasan Indonesia merupakan salah satu daerah sebarannya yang paling melimpah (lihat gambar 1), hal inilah yang menyebabkan semut ini tidak asing lagi bagi kita.


Genus Odontoponera pertama kali diperkenalkan oleh Mayr pada tahun 1862 untuk menamai Ponera denticulata yang diperkenalkan oleh F. Smith 1857 yang kini menjadi sinonim. Dua spesies ini dahulunya dianggap sama, O denticulata hanya merupakan sinonim dari O. transversa. Namun, beberapa karakter morfologi yang berbeda menunjukkan bahwa keduanya bukan spesies yang sama.
Salah satu peneliti yang tertarik untuk meneliti kedua spesies ini adalah Seiki Yamane 2) pada tahun 2009 di pulau Borneo (Kalimantan). Yamane menyimpulkan perbedaan keduanya, 4 diantaranya sebagai berikut (lihat Gambar 2.):
1.    Scape antena (bagian pangkal antena yang tidak bersegmen) pada O. transversa relatif lebih panjang bila dibandingkan dengan O. denticulata.
2.    Ukuran mata pada O. transversa relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan O. Denticulata.
3.    Bagian kepada (caput) pada O. transversa memiliki bentuk cekungan yang agak lebar, pada O. denticulata cekungannya sempit.
4.    O. transversa umumnya memiliki warna lebih cerah (cokelat kemerahan) sedangkan warna O. denticulata lebih gelap (terkadang hitam) dengan kaki yang berwarna agak kemerahan.


Selain perbedaan secara morfologi, kedua spesies ini ternyata dapat dibedakan sebaran ekologis berdasarkan habitatnya serta perilakunya. Spesies O. transversa umumnya banyak dijumpai di kawasan hutan atau daerah yang tidak banyak aktivitas dan gangguan manusianya dan hampir tidak pernah dijumpai di daerah yang banyak aktivitas manusianya. Berkebalikan dengan O. transversa, O. denticulata justru lebih banyak ditemukan pada daerah-daerah terganggu atau daerah yang banyak aktivitas manusianya seperti daerah pertanian, kebun dan pekarangan rumah dan sulit di temukan di hutan-hutan atau daerah yang jarang terjamah manusia. O. transversa juga lebih menyukai tempat yang lebih gelap dan lembab sedangkan O. denticulata lebih menyukai tempat yang lebih terbuka. Yamane bahkan menyebut 2 spesies ini tidak pernah hidup berdampingan dalam satu tempat di Lambir Hills National Park, Sarawak, Borneo. Di Kebun Raya Bogor menurut  hasil penelitian yang dilakukan oleh Ito dkk3) pada tahun 2001, ke dua spesies ini umum di jumpai, meskipun tidak pasti spesies mana yang paling mendominasi.
            Tertarik dengan hal ini, penulis mencoba mencari tahu dengan mengamati dan mengkoleksi beberapa semut hitam sejenis pada areal tepian hutan yang ada aktivitas manusianya di Pancur Batu Kab. Deli Serdang pada 13 November 2013 silam dan dari beberapa jenis yang diamati, hanya 1 individu yang menunjukkan ciri-ciri morfologi ke arah spesies O. transversa, sisanya merupakan jenis yang lain dan kebanyakan adalah O. denticulata yang berjumlah > 30 individu di areal pengamatan sepanjang lintasan tepian hutan.
Pada 10 – 11 Mei 2014 lalu dalam rangka kegiatan Herpetologermania penulis mencoba menyempatkan diri mengamati kembali semut-semut hitam sejenis, kali ini berlokasi di perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser tepatnya di Desa Sei Musam Kec. Batang Serangan, Kab. Langkat yang merupakan daerah wisata. Hasil pengamatan ini hampir sama dengan hasil pengamatan di Pancur Batu, namun kali ini O. transversa yang di temukan sebanyak 2 individu sedangkan O. denticulata ditemukan sebanyak > 50 individu dari areal seluas ± 10 x 20 meter.
Selain perbandingan jumlah yang didapatkan, perilaku dari ke dua jenis juga sempat teramati. O. transversa cenderung bersembunyi di sela-sela batu kecil dan retakan tanah atau menunjukkan perilaku berdiam diri ketika di beri gangguan berupa langkah /hentakan kaki, sedangkan O. transversa cenderung mengacuhkannya seolah tidak terjadi apa apa. Apakah spesies O. transversa dapat digunakan sebagai bioindikator lahan yang masih baik dan O. denticulata dapat digunakan sebagai bioindikator lahan terganggu, perlu dilakukan penelitian yang intensif untuk mengetahuinya secara pasti.





1) kebanyakan masyarakat awan menyebut spesies semut yang berwarna hitam sebagai “semut hitam”, padahal kebanyakan berbeda spesies

2) Yamane, S. 2009. Odontoponera denticulata (F. Smith) (Formicidae: Ponerinae), a distinct species inhabiting disturbed areas. ARI.(32): 1 – 8.

3) Ito, F., Yamane, Sk., Eguchi, K., Woro A. Noerdijito, Sih Kahono, Tsuji, K., Ohkawara, K., Yamauchi, K., Nishida, T. and Nakamura, K. 2001. Ant species diversity in the Bogor Botanic Garden, West Java, Indonesia, with descriptions of two new species of the genus Leptanilla (Hymenoptera, Formicidae). Hropics, 10: 379-404.





 

2 komentar: