oleh: Zulfan
Aris
S
|
emut
merupakan salah satu fauna paling eksis di muka bumi ini. Hampir semua tempat dihuni
oleh fauna ini, kecuali daerah kutub. Fauna yang digolongkan ke dalam famili Formicidae ini dikenal juga sebagai serangga
sosial, disebut demikian karena dalam hidup dan kehidupan mereka saling
mengelompok dan bekerja sama baik dalam mencari makan maupun bertempat tinggal
dalam jumlah yang besar. Dari sekian banyak spesies semut yang ada di permukaan
bumi ini, Odontoponera transversa dan
Odontoponera denticulata adalah 2
diantaranya (kebanyakan orang menyebut mereka “semut hitam”1)). Genus
Odontoponera sendiri hanya tersebar
di kawasan Asia Tenggara, India serta Tiongkok. Kawasan Indonesia merupakan salah
satu daerah sebarannya yang paling melimpah (lihat gambar 1), hal inilah yang
menyebabkan semut ini tidak asing lagi bagi kita.
Genus Odontoponera pertama
kali diperkenalkan oleh Mayr pada tahun 1862 untuk menamai Ponera denticulata yang diperkenalkan oleh F. Smith 1857 yang kini menjadi
sinonim. Dua spesies ini dahulunya dianggap sama, O denticulata hanya merupakan sinonim dari O. transversa. Namun, beberapa karakter morfologi yang berbeda menunjukkan
bahwa keduanya bukan spesies yang sama.
Salah satu peneliti yang tertarik untuk meneliti kedua spesies ini
adalah Seiki Yamane 2) pada tahun 2009 di pulau Borneo (Kalimantan).
Yamane menyimpulkan perbedaan keduanya, 4 diantaranya sebagai berikut (lihat
Gambar 2.):
1.
Scape antena (bagian pangkal antena yang tidak
bersegmen) pada O. transversa relatif
lebih panjang bila dibandingkan dengan O.
denticulata.
2. Ukuran mata pada O. transversa relatif lebih kecil bila
dibandingkan dengan O. Denticulata.
3.
Bagian kepada (caput) pada O. transversa memiliki bentuk cekungan yang agak lebar, pada O. denticulata cekungannya sempit.
4.
O. transversa umumnya memiliki warna
lebih cerah (cokelat kemerahan) sedangkan warna O. denticulata lebih gelap (terkadang hitam) dengan kaki yang
berwarna agak kemerahan.
Selain perbedaan secara
morfologi, kedua spesies ini ternyata dapat dibedakan sebaran ekologis berdasarkan
habitatnya serta perilakunya. Spesies O. transversa
umumnya banyak dijumpai di kawasan hutan atau daerah yang tidak banyak
aktivitas dan gangguan manusianya dan hampir tidak pernah dijumpai di daerah
yang banyak aktivitas manusianya. Berkebalikan dengan O. transversa, O. denticulata
justru lebih banyak ditemukan pada daerah-daerah terganggu atau daerah yang
banyak aktivitas manusianya seperti daerah pertanian, kebun dan pekarangan
rumah dan sulit di temukan di hutan-hutan atau daerah yang jarang terjamah
manusia. O. transversa juga lebih
menyukai tempat yang lebih gelap dan lembab sedangkan O. denticulata lebih menyukai tempat yang lebih terbuka. Yamane
bahkan menyebut 2 spesies ini tidak pernah hidup berdampingan dalam satu tempat
di Lambir Hills National Park, Sarawak, Borneo. Di Kebun Raya Bogor menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ito dkk3)
pada tahun 2001, ke dua spesies ini umum di jumpai, meskipun tidak pasti spesies
mana yang paling mendominasi.
Tertarik
dengan hal ini, penulis mencoba mencari tahu dengan mengamati dan mengkoleksi
beberapa semut hitam sejenis pada areal tepian hutan yang ada aktivitas manusianya
di Pancur Batu Kab. Deli Serdang pada 13 November 2013 silam dan dari beberapa jenis yang
diamati, hanya 1 individu yang menunjukkan ciri-ciri morfologi ke arah spesies O. transversa, sisanya merupakan jenis
yang lain dan kebanyakan adalah O. denticulata
yang berjumlah > 30 individu di areal pengamatan sepanjang lintasan tepian
hutan.
Pada 10 – 11 Mei 2014 lalu
dalam rangka kegiatan Herpetologermania penulis mencoba menyempatkan diri mengamati
kembali semut-semut hitam sejenis, kali ini berlokasi di perbatasan Taman Nasional
Gunung Leuser tepatnya di Desa Sei Musam Kec. Batang Serangan, Kab. Langkat yang
merupakan daerah wisata. Hasil pengamatan ini hampir sama dengan hasil
pengamatan di Pancur Batu, namun kali ini O.
transversa yang di temukan sebanyak 2 individu sedangkan O. denticulata ditemukan sebanyak >
50 individu dari areal seluas ± 10 x 20 meter.
Selain perbandingan jumlah
yang didapatkan, perilaku dari ke dua jenis juga sempat teramati. O. transversa cenderung bersembunyi di
sela-sela batu kecil dan retakan tanah atau menunjukkan perilaku berdiam diri
ketika di beri gangguan berupa langkah /hentakan kaki, sedangkan O. transversa cenderung mengacuhkannya
seolah tidak terjadi apa apa. Apakah spesies O. transversa dapat digunakan sebagai bioindikator lahan yang masih
baik dan O. denticulata dapat
digunakan sebagai bioindikator lahan terganggu, perlu dilakukan penelitian yang
intensif untuk mengetahuinya secara pasti.
1) kebanyakan masyarakat awan menyebut spesies
semut yang berwarna hitam sebagai “semut hitam”, padahal kebanyakan berbeda
spesies
2) Yamane, S. 2009. Odontoponera
denticulata (F. Smith) (Formicidae: Ponerinae), a distinct
species inhabiting disturbed areas. ARI.(32): 1 – 8.
3) Ito,
F., Yamane, Sk., Eguchi, K., Woro A. Noerdijito, Sih Kahono, Tsuji, K.,
Ohkawara, K., Yamauchi, K., Nishida, T. and Nakamura, K. 2001. Ant species
diversity in the Bogor Botanic Garden, West Java, Indonesia, with descriptions
of two new species of the genus Leptanilla (Hymenoptera, Formicidae). Hropics,
10: 379-404.
| |||
makasih infonya sangat berguna sekali
BalasHapusgarasi.id
Terima kasihh.. sangat membantu
BalasHapus